Adalah Cees
Leeuwis, seorang dosen di Wageningen
University (Belanda ) yang melontarkan konsep baru dalam bukunya “Communication for Rural Innovation: Rethinking
Agricultural Extension”. Blackwell Publishing, terbit
tahun 2006. Ia mentranformasi pemikiran “from
diffusion to systems of agricultural innovation”.
Ia menghindari istilah “penyuluhan” karena berbagai alasan, dan menggunakan
istilah baru “komunikasi untuk inovasi”.
Alasannya
banyak, yaitu karena inovasi
teknologi bisa datang dari banyak sumber, adanya perubahan paradigma dari sustainable agriculture and progress
menuju ecological knowledge system, berkembangnya interdependence model dan innovation system framework, dimana yang
terlibat tak hanya peneliti dan penyuluh tetapi juga pengguna teknologinya,
perusahaan swasta, NGO, dan juga supportive
structures (pasar dan kredit). Selain itu, ia melihat pentingnya proses
belajar (learning processes). Proses belajar adalah “….a way of evolving new arrangements specific to local contexts”.
Cees Leeuwis
mengkritik Teori Difusi Inovasi yang cukup lama mempesonakan banyak ahli dulu.
Teori ini berupaya mempelajari bagaimana, mengapa dan apa yang menyebabkan
kecepatan ide dan teknologi menyebar di masyarakat. Asalnya adalah Buku Everett M. Rogers “Diffusion of Innovations “ tahun 1962 yang disusun dari studi pada lebih dari 508 kasus. Konsep difusi dipelajari awalnya oleh sosiologi
Perancis Gabriel Tarde (1890), serta antropolog Jerman dan Austria
Friedrich Ratzel dan Leo Frobenius. Lalu, tahun 1971, EM
Rogers mempublikasikan “Communication of Innovations; A
Cross-Cultural Approach”,
dari teori proses difusi dan evaluasi
sistem sosial.
Teori Adopsi Inovasi lalu mendapatkan kritik karena faktanya sumber
teori berasal dari riset kegiatan
pertanian dan praktek medis, teknologi juga bukan lah sesuatu yang statis,
adanya pro-innovation bias, individual-blame bias,
recall problem, dan lain-lain.
Cees Leeuwis melontarkan konsep baru karena ia
menyadari bahwa saat ini berbagai perubahan lingkungan sedang berlangsung yang
era sebelumnya belum ada. Di antaranya adalah kebijakan sumber
pendanaan yangg baru yang tidak hanya dari pemerintah, perkembangan teori
penyuluhan, adanya teknologi komunikasi baru (internet), perhatian pada isu
keberlanjutan ekosistem dan manajemen SDA baru, globalisasi dan liberalisasi
pasar, pertanian multi fungsi, reformasi agraria baru, serta intensitas pengetahuan, “masyarakat pengetahuan”, dan
komoditasi pengetahuan. Selain itu, juga timbul praktek profesional penyuluhan
yang baru dan berbeda dengan misi, dasar pemikiran, cara beroperasi, manajemen,
pengorganisasian, dan isu-isu kolektif yang berbeda pula.
Perbedaan
penyuluhan dengan komunikasi untuk inovasi
Penyuluhan
|
Komunikasi
untuk inovasi
|
Inovasi adalah proses keputusan individual
|
Inovasi memiliki dimensi kolektif yang terpengaruh oleh resolusi konflik, pembangunan
organisasi, pembelajaran, dan juga negosiasi sosial
|
Peran penyuluh adalah menyebarkan inovasi (cetak
biru), sehingga bisa tidak konstektual dengan
kondisi dan permasalahan lokal.
|
Penyuluh mendesain bersama petani. Berlangsung proses desain dan adaptasi inovasi dan inovasi-inovasi kolektif
yang bersifat kontekstual.
|
Inovasi diciptakan dari kegiatan penelitian
|
Inovasi lebih pragmatis, ada sisi teknis dan sosial, perlu
menciptakan jaringan pendukung. Petani dan penyuluh bisa juga menciptakan
inovasi.
|
Sesuai teori Everett M. Rogers,
semua petani bergerak ke arah yang sama
|
Strategi dan aspirasi petani menyangkut
lingkungan sosial dan alam mereka. Petani kecil berbeda kebutuhan dan cara
berfikir dengan petani besar.
|
Ada petani yang lamban, mundur, dan stagnan
(mono perspektif)
|
Penelitian di Irlandia (Leeuwis, 1989)
mendapatkan bahwa petani lamban
sesungguhnya juga mengadopsi sejumlah inovasi yg sama banyaknya. Mereka hanya
memiliki “dinamisme yg berbeda” (multi perspektif).
|
Perubahan dan inovasi
dapat dan harus direncanakan
|
Mengelola kekomplekan, konflik, dan hal-hal yg
tak terduga (misal penemuan tak sengaja, pengaruh jaringan informal,
kreatifitas, antusiasme, dan hubungan personal)
|
Organisasi penyuluhan sesuatu yang stabil.
Pelaksana penyuluhan terstruktur secara ketat dari pusat sampai ke daerah.
|
Organisasi penyuluhan berbentuk “learning
organization”. Anggota saling berbagi pengalaman positif dan
negatif. Ada penyesuaian misi,
pelayanan, produk, kultur, dan prosedur organisasi.
|
Dari perbedaan di atas, kita bisa melihat dengan terang, bahwa saat ini penyuluhan pertanian
di Indonesia masih menganut paham lama. Meskipun petani berkesempatan menjadi
penyuluh, namun secara keseluruhan paradigma, kerangka fikir, organisasi, dan cara kerja penyuluhan Indonesia
masih kuno. Belum banyak berubah dibandingkan era Bimas Revolusi Hijau.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar