Penyuluhan
pertanian (agricultural extension)
diartikan sebagai suatu sistem pendidikan luar sekolah untuk para petani dan
keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki
kesejahteraan hidupnya sendiri serta masyarakatnya. Tujuan penyuluhan pertanian
adalah mengembangkan petani dan keluarganya secara bertahap agar memiliki
kemampuan intelektual yang semakin meningkat, perbendaharaan informasi yang
memadai dan mampu memecahkan serta memutuskan sesuatu yang terbaik untuk
dirinya dan keluarganya. Seluruh aktifitas penyuluhan berpedoman pada azas
pokoknya yaitu “menolong petani agar ia
mampu menolong dirinya sendiri” (Sumintareja, 1987).
Dalam
pengertian umum, penyuluhan pertanian adalah “… the application of scientific research and new knowledge to agricultural practices through farmer education”.
Tujuan utama penyuluhan adalah “…to assist farming families in adapting their
production and marketing strategies to rapidly changing social, political and
economic conditions so that they can, in the long term, shape their lives
according to their personal preferences and those of the community”. Ada tiga objek yang mau dirubah
dalam kegiatan penyuluhan, yaitu pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek
afektif) dan keterampilan (aspek psikomotorik). Perubahan perilaku adalah
tujuan akhir dari seluruh rangkaian kegiatan, yaitu bertambahnya perbendaharaan
informasi, tumbuhnya keterampilan, serta timbulnya sikap mental dan motivasi
yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki (Yustina dan Sudrajat,
2003).
Fungsi
utama penyuluh pertanian adalah sebagai mata rantai (change agent linkage) antar pemerintah sebagai change agency dengan masyarakat petani
sebagai client system-nya. Agar dapat
menjalankan tugasnya, seorang penyuluh harus menguasai metoda penyuluhan dengan
baik serta mengerti sosiologi dan psikologi, dan paham pula ilmu
dan teknologi pertanian.
Penyuluhan
konvensional banyak menuai kritik. Hadirnya sosok penyuluh “kebetulan”
bersamaan dengan ramainya Revolusi Hijau,
sehingga kritik terhadap revolusi hijau dianggap juga merupakan tanggung
jawab dari penyuluh. Revolusi Hijau dikritik karena menghasilkan polusi kimia berlebihan,
penyeragaman komoditas, memperbesar ketergantungan petani, dan sering
paket-paket yang disampaikan tidak cocok dengan kebutuhan petani. Metode LAKU (Latihan dan Kunjungan) juga
dikritik karena pengetahuan cenderung berjalan searah dari atas ke bawah, dan rada
memaksa.
Dampak negatif Revolusi Hijau membuat
orang-orang mulai mempersoalkan pula pendekatan “penyuluhan”. Sebagian orang
yang tidak senang memunculkan konsep tandingan misalnya “pemberdayaan”.
Maksudnya, pemberdayaan jauh lebih baik daripada penyuluhan. Penyuluhan yang
dalam prakteknya cenderung memaksakan teknologi ke petani dianggap kurang
manusiawi. Namun, sebagian orang tetap bertahan dengan konsep penyuluhan.
Mereka berkeyakinan, bahwa tidak ada yang salah dengan “penyuluhan”. Maka, mereka merumuskan pendekatan baru untuk penyuluhan.
Tabel Perbandingan
penyuluhan berparadigma lama dengan yang baru
|
Penyuluhan lama
|
Penyuluhan baru
|
Penanggung jawab penyuluhan
|
Semata-mata adalah tanggung jawab pemerintah
nasional, sebagai pelayanan untuk warga
|
Melihat penyuluhan sebagai seperangkat fungsi,
yang dapat dijalankan oleh beragam pihak, pada berbagai level, tidak mesti
pemerintah
|
Fungsi penyuluhan
|
Untuk mentranfer teknologi, agar produksi
komoditas meningkat
|
Tugas penyuluhan lebih luas, karena mencakup
pula upaya untuk memobilisasi, mengorganisasikan,
dan sekaligus mendidik petani.
|
Posisi penyuluhan
|
Terpisah dengan instansi lain. Penyuluh berada
dalam kantornya sendiri.
|
Koheren. Penyuluhan sebagai sistem pengetahuan
yang komprehensif, tidak terpisah antara penemuan teknologi dengan transfernya. Penyuluh digabung dengan peneliti
dan staf pendukung lain.
|
Model transfer teknologi
|
Linear, sekuensial, dan satu arah
|
Lebih realistik, siklis, dan dinamis (antara
petani, peneliti, penyuluh dan guru)
|
Desain proyek
|
Menurut perspektif pengajar, anggaran disediakan
untuk kegiatan pengajaran
|
Memungkinkan untuk mengembangkan learning model, melibatkan para stakeholders utama
|
Pendekatan
|
Lip sevice. Menyuluh
adalah menyampaikan teknologi.
|
Mengambil resiko dengan melibatkan teknologi
informasi eksperimental, mengaitkan penelitian, manajer penyuluhan, dan
organisasi petani.
|
Jenis penyuluh
|
Penyuluh hanya staf pegawai pemerintah
|
Sesuai dengan UU No 16 tahun 2006 ada 3 jenis
penyuluh yaitu penyuluh pemerintah, penyuluh swadaya (dari petani) dan
penyuluh swasta.
|
Namun, ada pula ahli yang merasa
istilah “penyuluhan” itu sendiri sudah tidak mampu lagi menampung konsepnya
yang baru. Ia menyebutnya dengan komunikasi untuk inovasi, sebagai mana
dijelaskan berikut ini.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar