Jumlah pe-longok :

Jumat, 19 September 2014

Penyuluh Belum Mengembangkan SDM Petani, Masih terperangkap pada urusan KOMODITAS


Dalam penelitian saya dengan Tim tahun 2014, terungkap satu fakta menarik yang sesungguhnya sudah Saya duga sejak lama, yaitu: penyuluh tidak mengerti, tidak memiliki target, tidak diperintahkan, dan tidak melakukan pengembangan ORGANISASI PETANI. Ya, tentu ini bagi kita-kita “orang penyuluhan” cukup mengagetkan, ……mestinya mengagetkan!

Dalam wawancara, Saya ngobrol dengan seorang PPL: “Bapak, dari seluruh kelompok tani yang berada di wilayah kerja Bapak, bagaimana kelas kemampuan nya saat ini?”

PPL: “Ya, ….yang delapan kelas pemula, yang dua lanjut Pa”.

Saya: “Oke, begitu ya. Padahal kulihat ke-10 kelompok ini sudah lama berdiri ya, ada yang sudah 20 tahun. Lha, apa Bapak punya target, kapan kelompok-kelompok ini akan naik kelas?”

PPL: “MMhhh…. Ya ga tahu Pa”

Saya: “Lha, apa Bapak ditargetkan atasan, Kepala BPP, untuk meningkatkan kelas-kelas kelompok ini? Sebutlah tahun ini ditargetkan naik jadi kelas lanjut 4 kelompok misalnya?”

PPL: “Ga Pa”

Saya: “ O gitu ya. Waduh, ….Oke, apa bapak tahu bagaimana strateginya, sebutlah tips-tips nya meningkatkan kelompok pemula jadi lanjut? Atau kelompok lanjut jadi Madya?”

PPL: “Ga pa, ga pernah belajar Pa, ……”

Saya: “Oke saya sudah bisa duga, Bapa pasti belum pernah dapat pelatihan tentang bagaimana meningkatkan kelas kelompok ya, dll. Juga ga pernah dikasih buku panduan tentang itu ya?”

Hehe, saya jadi nafsu. Bukan apa-apa kita pan alumni S1 penyuluhan juga. Benar Bro, akhirnya terbukti, bahwa penyuluh selama ini terperangkap hanya kepada KOMODITAS, produksi, produktivitas, hama tikus, harga yang anjlok, dll. Dan, jelas-jelas sangat tidak perhatian kepada MANUSIA petaninya. Tidak tahu bagaimana meningkatkan kapasitas kelompok tani, tidak menganggap penting, dan tidak perduli. O o o, sungguh ironis.

Bukankah azas pokok penyuluh “memandirikan petani”. Artinya, mandiri organisasi nya juga. Jika organisasi petani kuat, mandiri, bisa berjalan sendiri, pandai mencari solusinya sendiri: bukankah penyuluh lalu bisa mulai mundur? Sehingga mimpi “satu penyuluh satu desa” ga usah repot-repot dikejar. Jika organisasi-organisasi petani bagus, kelompok tani kuat, Gapoktan keren, koperasi petani mandiri, SATU PENYULUH untuk 3 - 5 DESA pun cukup.

*****

1 komentar:

Max Havelaar Indonesia Institute mengatakan...

Dear Pak Sahyuti, bagus sekali dengan membuat catatan2 Pikiran yg didapat selama di lapang dan kemudian dicatat dalam Blog. Zaman TEKNOLOGI informasi digunakan dengan baik. Terima kasih.

Saya ingin sharing sedikit tentang penyuluhan ini, apakah model terbaik penyuluhan zaman sekarang? Apa insentif yg bisa mendorong penyebar luasan informasi dan teknologi? Apakah penyuluh atau pasar? Fenomena karet selalu saya gunakan sebagai contoh bahwa walau sebongkah getah tak ada yg digunakan petani, pasar telah mengundang petani investasi tampa adanya penyuluhan terlebih dahulu.

Tentu bukan tidak perlunya penyuluh tetapi model Penyuluhan apa yg terbaik untuk zaman sekarang ini, merupakan pertanyaan yang menunggu jawabannya.

Salam,

AP